Rabu, 07 September 2016

Perencanaan Penerbitan Digital


Perencanaan Penerbitan Digital
Perbedaan antara penerbitan konvensional dan penerbitan digital lebih pada medium yang dipergunakan serta cara pendistribusiannya. Penerbitan ini merupakan kegiatan yang padat teknoloho,sehingga penting untuk memperhatikan ketepatan pemilihan teknologi. Muali dari yang sederhana yaitu memilih format apakah HTML atau PDF untuk terbitan yang kita buat.
            Apakah kita akan menginformasikan terbitan itu melalui email seperti yang dilakukan UNSRID yang memberitahukan setiap ada terbitan baru melalui email untuk dokumen yang tersedia di perpustakaan elektroniknya dan bisa pula di-download secara gratis. Dalam layanan yang di berikan Peprustakaan Nasional RI diantaranya pelayanan penerbitan berupa majalah.
            Dan semua itu akan membutuhkan perencanaan tersendiri dalam kegiatan penerbitan perpustakaan. Teknologi menyediakan cukup banyak pilihan cara memublikasikan terbitan. Teknologi pun menyediakan sejumlah kemungkinan untuk melakukan penerbitan,termasuk pemutakhiran isi terbitan yang secara teknis bisa dilakukan setiap saat sesuai dengan perkembangan.
            Media baru ini,bukan hanya menyediakan kemungkinan baru namun juga mengubah cara manusia memublikasikan pikiran dan perasaanya. Sekaligus juga mengubah cara berbagai organisasi penerbitan melayani khalayaknya.

A.  PERENCANAAN TERBITAN DIGITAL
Terbitan konvensional yang jumlah “eksemplarnya” bisa tidak terbatas karena itu akan menjangkau khalayakn yang sangat besar dan tersebar. Akan muncul keinginan menjangkau sebanyak mungkin khalayak,yang sesungguhnya tidak banyak memiliki kepentingan pada informasi yang disajikan oleh terbitan digital yang diterbitkan perpustakaan.

            Perkembangan penerbitan digital ini selain didorong perkembangan teknologi juga didorong perkembangan yang terjadi di tengan masyarakat kita sendiri. Buku seklag elektronik yang disediakan Kementerian pendidikan Nasional antara lain dimasudkan untuk bisa memperoleh buku pelajaran dengan biaya murah.
            Perkembangan dan kecenderungan seperti ini tidak bisa diabaikan oleh dunia perpustakaan kita. Apalagi kita akaui sekarang ini semakin banyak orang yang terbiasa memperoleh informasi melalui saluran digital seperti membaca koran dari telepon genggamnya atyau membaca buku melalui komputer yang online.  Karena tujuan penerbitan biasanya akan dengan sendirinya menggambarkan kelompok khalayak sasaran mana yang akan menjadi khalayak utama penerbitan yang kita lakukan.
            Tahap dan langkah perencanaanya akan sama saja,seperti dimulai dengan mempelajari kondisi dan situasi lingkungan internal dan eksternal,lalu perumusan tujuan dan langkah-langkah yang diperlukan yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki perpustakaan untuk menyelenggarakan penerbitan.

B.  PERENCANAAN SUMBER DAYA PENERBITAN DIGITAL

Perbedaan antara kegiatan penerbitan konvensional dan digital lebih banyak terjadi pada proses cetak dan pascacetak. Untuk proses pracetak,lebih banyak kesamaan dan perbedaanya. Oleh sebab itu, maka pada pembahasan perencanaan sumber daya penerbitan digital pun sebagian besar sesungguhnya sama dengan perencanaan sumber daya penerbitan konvensional.
            Kita bisa menerbitkan kalawarta yang isinya bisa dimutakhirkan setiap hari,bahkan setiap jam,sesuai dengan perkembangan peristiwa yang disebarluaskan sebagai informasi dalam kalawarta. Format baru dari penerbitan elektronik memungkinkan bisa membuatnya dalam bentuk multimedia. Kelebihan lainnya adalah memungkinkan penerbitan bisa diakses dimana pun diseluruh penjuru dunia. Untuk pendistribusian terbitan digital dapat disajikan secara online.

Puspida (2009) mengutip Snowhill (2001) mengutip sebuah studi yang dilakukan Tahun 2000 oleh para peneliti di University of California yang menyimpulkan bahawa walaupun buku elektronik punya potensi sangat besar untuk membantu dunia pendidikan,isu atau masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Kandungan Isi Buku
Jumlah buku untuk mahasiswa yang tersedia di pasar masih sangat kecil ,dan belum mewakili semua disiplin ilmu. Penerbita cenderung berhati-hati dalam hal pengalihan bentuk dari cetak ke digital dan hanya topik-topik yang punya pasar sangat besar,misalnya topik tentang komputer dan bisnis,yang lebih cepat dialih bentuk.
2.    Protokol/Standar Perangkat Lunak dan Keras
Tampilan buku elektronik biasanya menggunakan HTML,XML atau PDF. Industri buku elektronik sedang mengembangkan standar yang mencakup juga protokol transfer data dan meta data. Nantinya, buku elektronik yang memekai format XML dapat memakai akiran “.epub” di belakang nama berkas.
3.    Hak Cipta dan Pemakaian (Digital Rights Management)
Pada umunya, buku elektronik juga tidak boelh dipinjamkan antarperpustakaan seperti buku kertas, dan sebagian produsen melarang buku elektronik mereka digunakan dikelas. Upaya produsen dalam mengontrol penyebaran dan penggunaan buku elektronik akan mengubah beberapa praktik di dunia perpustakaan yang selama ini menggunakan buku kertas.
4.    Akses
Selain persoalan interperability dan hak cipta atau kepemilikan sebagaimana diuraikan diatas,ada isu tentang kemudahan akses oleh pengguna. Jika buku elektronik disediakan di portal universitas,para civitas akademika akan berharap dapat memakai buku tersebut secara bersama-sama,seperti alayaknya membaca dan mengambil berkas jurnal elektronik.
5.    Penyimpanan atau pengarsipan
Untuk buku elektronik masalahnya jadi berbeda,sebab sebagian perpustakaan digital di kampus-kampus cenderung berlangganan akses ke buku elektronik,dan belum tentu punya akses lagi setelah masa langganannya habis.
6.    Hak Pribadi (Privacy)
Ada penjaja buku elektronik yang menyimpan data para pembaca atau pengungjung situs mereka untuk mencatat secara rinci perilaku mereka dalam membaca.
7.    Fasilitas tambahan
Buku elektronik dibandingkan buku kertas. Misalnya, buku elektronik dapat mengandung pesan multimedia,fasilitas pencarian teks,pembuatan sitasi,pengaitan (linking) antarbuku, dan sebagainya.
8.    Pasar dan harga
Model bisnis penjaja buku elektronik pada umumnya ingin melibatkan perpustakaan sebagai semacam perantara dengan pembaca,namum kurang terlalu jelas apakah perpustakaan memang bagian dari bisnis itu. Tawaran yang tersedia pun mulai beragam,mulai dari print on demand (sesuai pesanan),berlangganan bulanan untuk mengakses seluruh koleksi atau gratis membaca seluruh koleksi dan hanya membayar jika mencetak atau mengambil koleksi untuk dipindahkan ke komputer sendiri.
Inti dari pembahasan kita pada subbagian ini adalah bagaimana perencanaan penerbitan digital itu akan mencakup berbagai aspek. Aspek pertama,teknologi yang dipergunakan dan kedua, aspek format terbitan. Selain itu, tentu perlunya memperhatikan aspek teknologi yang dipergunakan oleh pengguna sehingga kita harus memperhatikan prinsip ramah pengguna.
C.   RENCANA PENGENDALIAN PENERBITAN DIGITAL
Dalam menyusun rencana pengendalian,tentu membawa kita kembali pada apa yang sudah dipelajari pada kegiatan belajar. Misalnya, kita merancang rencana distribusi terbitan digital tersebut. Selain menggunakan saluran penyebarluaskan informasi secara konvensional untuk memberitahukan penerbitan digital yang kita buat, kita juga tentu akan banyak memanfaatkan internet. 
Dengan demikian pengendalian yang kita lakukan itu bisa ditempatkan dalam konteks pengendalian mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu. Oleh sebab itu, kepuasan pengguna perpustakaan menjadi perhatian utama kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar