Perencanaan Penerbitan Digital
Perbedaan antara
penerbitan konvensional dan penerbitan digital lebih pada medium yang
dipergunakan serta cara pendistribusiannya. Penerbitan ini merupakan kegiatan
yang padat teknoloho,sehingga penting untuk memperhatikan ketepatan pemilihan
teknologi. Muali dari yang sederhana yaitu memilih format apakah HTML atau PDF
untuk terbitan yang kita buat.
Apakah
kita akan menginformasikan terbitan itu melalui email seperti yang dilakukan
UNSRID yang memberitahukan setiap ada terbitan baru melalui email untuk dokumen
yang tersedia di perpustakaan elektroniknya dan bisa pula di-download secara
gratis. Dalam layanan yang di berikan Peprustakaan Nasional RI diantaranya
pelayanan penerbitan berupa majalah.
Dan
semua itu akan membutuhkan perencanaan tersendiri dalam kegiatan penerbitan
perpustakaan. Teknologi menyediakan cukup banyak pilihan cara memublikasikan
terbitan. Teknologi pun menyediakan sejumlah kemungkinan untuk melakukan
penerbitan,termasuk pemutakhiran isi terbitan yang secara teknis bisa dilakukan
setiap saat sesuai dengan perkembangan.
Media
baru ini,bukan hanya menyediakan kemungkinan baru namun juga mengubah cara
manusia memublikasikan pikiran dan perasaanya. Sekaligus juga mengubah cara
berbagai organisasi penerbitan melayani khalayaknya.
A. PERENCANAAN TERBITAN DIGITAL
Terbitan
konvensional yang jumlah “eksemplarnya” bisa tidak terbatas karena itu akan
menjangkau khalayakn yang sangat besar dan tersebar. Akan muncul keinginan
menjangkau sebanyak mungkin khalayak,yang sesungguhnya tidak banyak memiliki
kepentingan pada informasi yang disajikan oleh terbitan digital yang
diterbitkan perpustakaan.
Perkembangan penerbitan digital ini
selain didorong perkembangan teknologi juga didorong perkembangan yang terjadi
di tengan masyarakat kita sendiri. Buku seklag elektronik yang disediakan
Kementerian pendidikan Nasional antara lain dimasudkan untuk bisa memperoleh
buku pelajaran dengan biaya murah.
Perkembangan dan kecenderungan
seperti ini tidak bisa diabaikan oleh dunia perpustakaan kita. Apalagi kita
akaui sekarang ini semakin banyak orang yang terbiasa memperoleh informasi
melalui saluran digital seperti membaca koran dari telepon genggamnya atyau
membaca buku melalui komputer yang online.
Karena tujuan penerbitan biasanya akan dengan sendirinya menggambarkan
kelompok khalayak sasaran mana yang akan menjadi khalayak utama penerbitan yang
kita lakukan.
Tahap dan langkah perencanaanya akan
sama saja,seperti dimulai dengan mempelajari kondisi dan situasi lingkungan
internal dan eksternal,lalu perumusan tujuan dan langkah-langkah yang
diperlukan yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan menggunakan
sumber daya yang dimiliki perpustakaan untuk menyelenggarakan penerbitan.
B. PERENCANAAN SUMBER DAYA
PENERBITAN DIGITAL
Perbedaan
antara kegiatan penerbitan konvensional dan digital lebih banyak terjadi pada
proses cetak dan pascacetak. Untuk proses pracetak,lebih banyak kesamaan dan
perbedaanya. Oleh sebab itu, maka pada pembahasan perencanaan sumber daya
penerbitan digital pun sebagian besar sesungguhnya sama dengan perencanaan
sumber daya penerbitan konvensional.
Kita bisa menerbitkan kalawarta yang
isinya bisa dimutakhirkan setiap hari,bahkan setiap jam,sesuai dengan
perkembangan peristiwa yang disebarluaskan sebagai informasi dalam kalawarta. Format
baru dari penerbitan elektronik memungkinkan bisa membuatnya dalam bentuk
multimedia. Kelebihan lainnya adalah memungkinkan penerbitan bisa diakses
dimana pun diseluruh penjuru dunia. Untuk pendistribusian terbitan digital
dapat disajikan secara online.
Puspida
(2009) mengutip Snowhill (2001) mengutip sebuah studi yang dilakukan Tahun 2000
oleh para peneliti di University of California yang menyimpulkan bahawa
walaupun buku elektronik punya potensi sangat besar untuk membantu dunia
pendidikan,isu atau masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Kandungan Isi Buku
Jumlah buku untuk
mahasiswa yang tersedia di pasar masih sangat kecil ,dan belum mewakili semua
disiplin ilmu. Penerbita cenderung berhati-hati dalam hal pengalihan bentuk
dari cetak ke digital dan hanya topik-topik yang punya pasar sangat
besar,misalnya topik tentang komputer dan bisnis,yang lebih cepat dialih
bentuk.
2.
Protokol/Standar Perangkat Lunak
dan Keras
Tampilan
buku elektronik biasanya menggunakan HTML,XML atau PDF. Industri buku
elektronik sedang mengembangkan standar yang mencakup juga protokol transfer
data dan meta data. Nantinya, buku elektronik yang memekai format XML dapat
memakai akiran “.epub” di belakang nama berkas.
3.
Hak Cipta dan Pemakaian (Digital
Rights Management)
Pada umunya, buku elektronik juga
tidak boelh dipinjamkan antarperpustakaan seperti buku kertas, dan sebagian
produsen melarang buku elektronik mereka digunakan dikelas. Upaya produsen
dalam mengontrol penyebaran dan penggunaan buku elektronik akan mengubah
beberapa praktik di dunia perpustakaan yang selama ini menggunakan buku kertas.
4.
Akses
Selain persoalan interperability
dan hak cipta atau kepemilikan sebagaimana diuraikan diatas,ada isu tentang
kemudahan akses oleh pengguna. Jika buku elektronik disediakan di portal
universitas,para civitas akademika akan berharap dapat memakai buku tersebut
secara bersama-sama,seperti alayaknya membaca dan mengambil berkas jurnal
elektronik.
5.
Penyimpanan atau pengarsipan
Untuk buku elektronik masalahnya
jadi berbeda,sebab sebagian perpustakaan digital di kampus-kampus cenderung
berlangganan akses ke buku elektronik,dan belum tentu punya akses lagi setelah
masa langganannya habis.
6.
Hak Pribadi (Privacy)
Ada penjaja buku elektronik yang
menyimpan data para pembaca atau pengungjung situs mereka untuk mencatat secara
rinci perilaku mereka dalam membaca.
7.
Fasilitas tambahan
Buku
elektronik dibandingkan buku kertas. Misalnya, buku elektronik dapat mengandung
pesan multimedia,fasilitas pencarian teks,pembuatan sitasi,pengaitan (linking)
antarbuku, dan sebagainya.
8.
Pasar dan harga
Model bisnis penjaja buku elektronik pada
umumnya ingin melibatkan perpustakaan sebagai semacam perantara dengan
pembaca,namum kurang terlalu jelas apakah perpustakaan memang bagian dari
bisnis itu. Tawaran yang tersedia pun mulai beragam,mulai dari print on demand
(sesuai pesanan),berlangganan bulanan untuk mengakses seluruh koleksi atau
gratis membaca seluruh koleksi dan hanya membayar jika mencetak atau mengambil
koleksi untuk dipindahkan ke komputer sendiri.
Inti dari pembahasan kita pada subbagian ini
adalah bagaimana perencanaan penerbitan digital itu akan mencakup berbagai
aspek. Aspek pertama,teknologi yang dipergunakan dan kedua, aspek format
terbitan. Selain itu, tentu perlunya memperhatikan aspek teknologi yang
dipergunakan oleh pengguna sehingga kita harus memperhatikan prinsip ramah
pengguna.
C.
RENCANA PENGENDALIAN PENERBITAN
DIGITAL
Dalam
menyusun rencana pengendalian,tentu membawa kita kembali pada apa yang sudah
dipelajari pada kegiatan belajar. Misalnya, kita merancang rencana distribusi
terbitan digital tersebut. Selain menggunakan saluran penyebarluaskan informasi
secara konvensional untuk memberitahukan penerbitan digital yang kita buat,
kita juga tentu akan banyak memanfaatkan internet.
Dengan
demikian pengendalian yang kita lakukan itu bisa ditempatkan dalam konteks
pengendalian mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu. Oleh sebab itu,
kepuasan pengguna perpustakaan menjadi perhatian utama kita.